Asal Usul Kata Puang Matua Dalam Bahasa Toraja

 Asal usul kata ‘PUANG MATUA’ dan ‘PUANG KAPENOMBAN’ dalam iman Kristen orang Toraja

Oleh
Jimmi Pindan Pute
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TORAJA
Mata Kuliah : Bahasa Toraja


    Orang Toraja berdasarkan kepercayaan iman Kristennya, ada dua tokoh yang menjadi tokoh utama dalam Sura’ Madatu (Alkitab versi Toraja) yaitu ‘Puang Matua’ dan ‘Puang Kapenomban’. Pendekatan-pendekatan tersebut bukan semau orang-orang Toraja yang menganut kepercayaan kepada Kristus untuk kemudian dipakai dalam Sura’ Madatu, melainkan pendekatan-pendekatan tersebut dipakai oleh pelopor/pemberita Injil berdasarkan pemahaman orang Toraja pada saat pertama kali memberitakan Injil di Toraja.

Aluk Todolo

Sebelum Injil masuk di Toraja, orang-orang Toraja menganut sebuah kepercayaan yang disebut ‘Aluk Todolo’.

Menurut BA Kila’, mereka menyembah kepada Puang Titanan Tallu yakni:

Puang Matua ungkombong sanda mairi’.

Deata (Dewata) ungkambi’ Aluk sola Pemali.

Nene, Todolo (arwah leluhur) sebagai yang mewariskan kepada mereka darah dan daging (rara buku) to dipoaluk alukna to dipopemali pemalinna.

    Jadi, Puang Matua menempati tempat tertinggi untuk disembah oleh Aluk Todolo. Dia adalah ilah tertinggi dari segala ilah-ilah yang disembah Aluk Todolo.

    Menurut Y.A Sarira, bagi Aluk Todolo ‘Puang Matua’ berada di tempat yang tertinggi dari tingkatan langit. Mereka percaya bahwa langit berlapis-lapis dan lapis tertinggi adalah tempat di mana Puang Matua memperhatikan manusia, dia adalah mahakasih yang memelihara dunia ini serta yang mengajari manusia tata tertib. Dia mempersatukan manusia dan mengajari manusia tentang cara untuk melayani dan menyembah arwah dan dewa-dewa.

***

    Setelah Injil masuk mengisi tradisi, budaya bahkan bahasa Toraja, kata Puang Matua masih digunakan untuk memberi pendekatan kepada mereka, karena mereka sangat sulit untuk menerima dan memahami Injil. Oleh karena itu, untuk menerjemahkan Allah ke dalam bahasa Toraja, para pekabar Injil menggunakan kata atau bahasa yang lazim untuk mereka. Berikut penjelasannya berdasarkan komunikasi persuratan dengan penulis yang dilakukan oleh salah satu misionaris (Dr. H. van der Veen) yang bekerja di wilayah Toraja tahun 1975 dan 1976.

a. Antonie Aris van de Loosdrecht

   Antonie Aris van de Loosdrecht  adalah misionaris pertama yang datang mengabarkan Injil di wilayah Toraja, pada 8 November 1913 ia tiba di Rantepao. Dia mempelajari bahasa Toraja dan sangat semangat memberitakan Injil kepada masyarakat Toraja pada saat itu, serta memberi pengertian kepada orang Toraja bahwa yang disebut Allah dalam Alkitab ialah Puang Matu. Antonie Aris van de Loosdrecht menggunakan istilah yang sering mereka sebut karena konsep ini hampir sama dengan pendekatan Puang Matua yang mereka sembah, yakni adanya sifat Allah yang menciptakan manusia, memberi kehidupan, memelihara manusia dan sebagainya. Memang tidak ada tulisan A.A van de Loosdrecht yang menunjukkan bahwa ia pencetus Puang Matua untuk Allah ke dalam bahasa Toraja, namun ada surat dari Handrik van der Veen yang mengatakan bahwa Ds. Van de Loosderecht sukar menerjemahkan kata Tuhan Allah ke dalam bahasa Sa’dan (Toraja), oleh karena itu bukan Puang Allah yang digunakannya melainkan Puang Matua.

   Konsep di atas merupakan bukti bahwa A.A van de Loosdrecht memikirkan cara untuk menjelaskan orang Kristen kepada orang Toraja, dengan tidak menggunakan Puang Allah karena orang Toraja sudah mengenal kata Allah dari penganut agama Islam. A.A van de Loosdrecht tidak menginginkan hal ini terjadi, yaitu orang Toraja menyamakan kepercayaan Kristen dengan kepercayaan kaum Islam hanya karena kata ‘Allah’.

b. Hendrik van der Veen

   Misionaris ini tiba di Toraja tahun 1916. Dia mempelajari bahasa dan adat-budaya Toraja, serta sangat ramah kepada semua orang Toraja oleh karena itu dia sering disebut dengan gelar “Tuang Dotto” karena bergelar akademik Doktor atau biasa juga disebut “Tuang Masokan”. Dia mengepalai penerjemahan Alkitab ke dalan bahasa Toraja.

   Namun, Hendrik van der Veen kurang setuju memakai Puang Matua karena, menurutnya, itu memuat sifat manusia yang sudah ada sejak purbakala, yakni bahwa Puang Matua adalah anak dari Puang Bassi-bassian yang kemudian memperisteri Arrang Dibatu. Hendrik van der Veen memakai kata “Puang Kapenomban” yang artinya “Raja yang disembah”, serta menurutnya ‘Kapenomban’ adalah raja diatas segala raja, yang dalam Alkitab kita percaya namanya Tuhan.

   Alasan Hendrik van der Veen tidak memakai kata Puang Matua adalah karena itu menujukkan sifat kemanusiaan selayaknya seseorang yang kawin. Dan berdasarkan kepercayaan tradisional Toraja bahwa Puang Matua dilahirkan dari perkawinan Usuk Sangbamban dengan Lokkon Loerara’.

   Uraian di atas merupakan asal usul digunakannya kata ‘Puang Matua’ dan ‘Puang Kapenomban’ dalam Alkitab Toraja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah orang Kristen lebih di atas dari segala ilah-ilah Aluk Todolo. 

   Beberapa tahun setelah Hendrik van der Veen mencetuskan Allah dalam behasa Toraja, muncullah masyarakat Toraja yaitu F.K. Sarungallo memakai istilah ‘Puang Kapenomban’ untuk ‘Allah’. Dalam ritus-ritus Aluk Todolo tidak ada yang memakai istilah tersebut karena sangat asing bagi mereka, oleh karena itu mereka tidak mudah menghayati konsep Allah dalam kepercayaan Kristen.

   Terdapat beberapa poin penting dalam kosep Puang Matua dan Puang Kapenomban, yakni:

  Orang yang pertama kali menerjemahkan Allah ke dalam bahasa Toraja adalah A.A van de Loosdrecht.

  Penerjemah keseluruhan isi Alkitab ke dalam bahasa Toraja adalah Hendrik van der Veen, namun A.A van de Loosdrecht yang mencetuskan nama Allah ke dalam bahasa Toraja tersebut.

  Penulis menekankan bahwa istilah ‘Puang Matua’ lebih tepat digunakan untuk menerjemahkan ‘Allah’ (Elohim) ke dalam bahasa Toraja, dan istilah ‘Puang Kapenomban’ lebih tepat digunakan untuk menerjemahkan ‘Tuhan’ (YAHWEH). Hal ini merupakan ‘pintu masuk’ ke dalam pemikirang orang Toraja supaya mereka lebih cepat dan tepat menanggapi orang Kristen dengan benar.

  -Puang Matua (Allah) dikaitkan dengan konsep Alkitab yakni pernyataan Allah secara 

Umum.

-Puang Kapenomban (Tuhan) dikaitkan dengan konsep Alkitab yakni pernyataan Allah secara khusus yaitu melalui Tuhan Yesus.

  Beberapa tahun setelah Hendrik van der Veen mencetuskan Allah dalam behasa Toraja, muncullah masyarakat Toraja yaitu F.K. Sarungallo memakai istilah ‘Puang Kapenomban’ untuk ‘Allah’.


Referensi:

MARAMPA’ Jurnal Teologi, Pendidikan dan Kemasyarakatan Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja. Rantepao: Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2009.


Komentar